Sinopsis Return of the Condor Heroes 2006 Episode 40

Episode 40

Dari jurang, Yo Ko jatuh ke dalam pusaran air yang kuat. (tadinya ia ingin mengikuti pusaran air karena ia melihat cahaya seperti gua bawah air, tapi naik kembali ke permukaan karena melihat Kwee Siang) Kwee Siang memberikan jarum permintaan terakhir agar Yo Ko tidak bunuh diri apapun yang terjadi. Yo Ko terharu dan heran, jauh-jauh datang dari Siangyang hanya untuk mencegahnya bunuh diri. Iapun menyanggupi.

Di atas, terjadi pertarungan antara 2 ahli silat kelas tinggi, Ciu Pek Tong dan Hakim Roda Mas. Tenaga jurus Memindahkan Gajah dan Naga sebetulnya seperti didorong beban 500 kilo, kalau orang biasa mungkin sudah mati, tapi Ciu Pek Tong dapat melawan dengan 72 jurus Kepalan Tangan Kosong-nya, hingga keduanya sama kuat dan tak bisa saling melukai. Eng Kouw ikut melawan. (Ilmu Eng Kouw sebenarnya di bawah Oey Yong, tapi ia ahli dalam ilmu “Gerakan Belut” sehingga amat pintar menghindar hingga membuat Roda Mas jeri, dikiranya ia tak akan menang melawan 2 orang hebat).  Roda Mas kabur ke daerah danau, namun hembusan tenaga dalam yang lembut tapi bertenaga mengikutinya. Itulah ilmu Jari Matahari dari Biksu It teng. Pertarungan Roda Mas melawan It teng di atas permukaan air menyebabkan semburan-semburan air yang sangat dahsyat, walau keduanya sama-sama menjaga jarak dan tak mau menganggap remeh, tetapi tenaga dalam keduanya sungguh luar biasa. Oey Yong takut Biksu It teng akan kalah beradu tenaga dalam karena faktor usia. Hatinya juga gusar karena mengira Kwee Siang tewas. Maka  ketika melihat sepasang rajawalinya, ia bersiul memerintahkan mereka untuk menyerang Roda Mas. Walau tenaga Roda Mas sedikit lebih besar dari Biksu It teng, tapi perihal konsentrasi ia jauh dibawah It teng, apalagi pikirannya sedang galau karena Kwee Siang, maka begitu melihat rajawali ia tambah frustasi dan memukulnya hingga rajawali jantan itu tewas jatuh ke jurang.

Di bawah, Yo Ko yang sedang menyalurkan tenaga dalam untuk menolong Kwee Siang yang kedinginan, melihat jenazah rajawali jantan jatuh. Rajawali betina menukik turun dan mengangkatnya ke atas.

Kini Ciu Pek Tong dan Biksu It teng sama-sama melawan Hakim Roda Mas. Roda Mas tahu butuh ratusan jurus untuk menang melawan 1 orang saja dari mereka, apalagi 2 orang. Ia tak mau menghabiskan tenaga. Ia mengeluarkan senjata rodanya serta banyak bertahan dan menghindar. Tiba-tiba melesatlah sebuat batu kecil yang amat kuat bertenaga. Siapa lagi kalau bukan si Sesat Timur Oey Yok Su dengan Sentilan Mautnya. Roda Mas baru kali itu bertemu dengan Sesat Timur dan langsung kagum. Katanya ia sudah sering mendengar kehebatannya beserta Racun Barat, Pengemis Utara, Kaisar Selatan dan Dewa Pusat. Ia  bertanya pada Oey Yok Su, manakah jagoan yang lain? “Racun Barat, Pengemis Utara dan Dewa Pusat telah mendahului kita, Biksu It teng ini adalah Kaisar Selatan, dan Saudara Ciu Pek Tong adalah adik seperguruan dari Dewa Pusat”, jawab Oey Yok Su. Ciu Pek Tong meledek Roda Mas, “Kalau kakakku masih hidup, 10 jurus saja kamu sudah kalah!”

Menyaksikan bahwa ilmunya tak jauh dibawah 5 jagoan itu, Hakim Roda Mas mendadak sedih lagi mengingat ilmunya tidak ada penerus. Ia kembali teringat Kwee Siang. Tiba-tiba rajawali betina datang dengan membawa Kwee Siang di pundaknya. Semua amat gembira menyambutnya, termasuk Roda Mas, tapi para jagoan mengira dia berniat jahat hingga mereka menotoknya hingga ia terduduk kaku. Padahal, sampai saat ini, Roda Mas hampir menganggap Kwee Siang anaknya sendiri.

Kwee Siang berkata Yo Ko selamat dan berada di bawah. Oey Yong hendak menyuruh rajawali betina menjemput Yo Ko ke atas. Tetapi di luar dugaan, rajawali yang selalu menurutinya itu malah berputar-putar di tebing, dan membenturkan tubuhnya di tebing hingga berdarah dan jatuh tewas. Mereka kaget dan menyadari sang rajawali menyusul pasangannya yang telah duluan tewas kena pukulan Hakim Roda Mas. Kejadian yang amat memilukan. Sepasang rajawali yang setia menemani Kwee Ceng dari sejak di Mongolia itu, mengakhiri hidup dalam kesetiaan cinta. Liok Bu Song menatap sang rajawali sambil melantunkan puisi cinta yang sering didengar dari gurunya: Tanyakan dunia apa itu cinta/Yang menyatukan makhluk bahkan setelah kehidupan dunia /Menerpa setiap sudut, terbang berpasangan/Menghadapi musim panas dan musim dingin, kini dan nanti.

Satu-satunya cara menjemput Yo Ko adalah dengan rangkaian tali dari akar pohon, kata Oey Yong. Semuapun sibuk merangkai tali. Kata Oey Yong, sedalam apapun jurang itu pasti ada dasarnya, walau dari atas tak terlihat karena tebalnya kabut.

Di bawah jurang, Yo Ko melihat lebah dan sarangnya. Ini menimbulkan harapannya. Ia pun menyelami telaga untuk mencari gua bawah air yang sempat dilihatnya ketika jatuh dalam terbawa pusaran tadi. Ketika menemukannya, ia terus menyusuri gua, ternyata lantai dasar gua itu miring  menanjak naik hingga melebihi permukaan air telaga, hingga ia sampai di dataran kering. Ini mengingatkan dia pada jalan air di Kuburan Kuno. Ternyata, suasana dalam gua itupun mirip dengan di Kuburan Kuno. Tata ruang, bunga-bunga, serta lubang di langit-langit gua yang tinggi, tempat sinar matahari masuk.

Yo Ko melihat tempat tidur yang mirip dengan ranjang giok. Jantungnya berdegup kencang,

Ia  mengingat perjumpaan pertama dengan istrinya, ketika ia harus tidur di ranjang giok. Apalagi ketika dilihatnya banyak kawanan lebah. Makin timbul harapan namun ketakutan akan kecewa. Ketika ia menoleh, tampaklah sosok perempuan secantik bidadari yang sedang berayun di antara ranting-ranting tanaman, sosok yang amat dirindukannya selama 16 tahun ini. Istrinya, Siao Lung Lie.

Merekapun saling berpandangan, rasanya seperti mimpi. “Kamu tak berubah sedikitpun, sedang aku tambah tua” kata Yo Ko. “Tidak, kamu tambah matang dan dewasa” kata Siao Lung Lie.

16 tahun hidup sendiri, Siao Lung Lie sudah hampir lupa caranya bicara. Mereka amat gembira merayakan pertemuan, walau kehabisan  kata dan hanya memandang mesra. Pelan-pelan barulah Siao Lung Lie menceritakan bagaimana ia bisa bertahan hidup di sana. Katanya, kalau aku dulu tidak hidup di Kuburan Kuno, mungkin aku sudah frustasi hidup di sini. “Kenapa kau menulis di batu 16 tahun?” tanya Yo Ko. “Kenapa tidak 4 atau 8, kita lebih cepat bertemu”  tawarnya.

“Aku kira aku pasti akan mati, aku takut kalau aku mati, kamu juga tidak mau hidup. Aku ingin kamu hidup cukup lama sampai bisa melupakanku. Setidaknya, kalau setelah 16 tahun kamu baru menyadari aku tidak ada, rasanya tidak akan sesakit dulu, dan kau pasti pikir-pikir untuk bunuh diri. Ternyata takdir mempermainkan kita”

Di atas, semua mulai turun untuk mencari Yo Ko dengan menggunakan tali. Dimulai dengan Ciu Pek Tong. Kwee Siang yang masih lelah tidak ikut turun. Di bawah mereka menemukan lebah Siao Lung Lie, walau demikian, mereka tidak dapat menemukan gua seperti yang ditemukan Yo Ko. (Dalam novel diceritakan, Oey Yong pun turun berenang untuk mencari gua sampai ia kedinginan dan tenaga dalamnya terkuras. Tetapi karena ia tidak terjun dari atas langsung seperti Yo Ko melainkan turun pelan-pelan dengan tali, ia tidak terdorong sampai dalam dan terbawa ke pusaran air menemukan gua seperti yang dialami Yo Ko)

Di atas, Hakim Roda Mas meraung kesakitan  karena Oey Yong menotoknya tepat pada titik gatal yang menyebabkan ia sangat tak nyaman. Kwee Siang merasa kasihan melihatnya. Roda Mas meminta Kwee Siang menotoknya di titik yang mematikan, tapi Kwee Siang menolak, disangkanya Hakim Roda Mas mau bunuh diri. Setelah dibujuk, akhirnya Kwee Siang mau juga, karena melihat Hakim Roda Mas tidak apa-apa. Ternyata totokan Kwee Siang membuat Hakim Roda Mas nyaman, dan mampu membalikkan aliran darah serta membebaskan dirinya.  Ia melihat tali dari akar dan muncul niat jahat untuk memutusnya karena ia takut akan kelihaian pendekar-pendekar di bawah jurang itu, tetapi Kwee Siang marah dan mencegahnya. Saat ia mendengar suara para pendekar mulai naik, ia pun lari dengan membawa Kwee Siang.

Oey Yong sangat panik melihat Kwee Siang dan Roda Mas telah menghilang. Bu Song dan Thia Eng menenangkannya, kata mereka kelihatannya Roda Mas benar-benar ingin menjadikan Kwee Siang murid. Kwee Siang juga banyak akal, mudah-mudahan ia tak apa-apa. Semua pendekar akhirnya kembali ke Siangyang.

Di gua dasar jurang, Siao Lung Lie bercerita bagaimana ia menderita kesakitan luar biasa ketika racunnya kambuh, hingga ia mencoba melawannya dengan membalikkan energi seperti yang diajarkan suaminya di ranjang giok. Bongkahan es di bawah telaga dingin itu mirip seperti ranjang giok, maka ia mencoba mempraktekkan meditasi membalik energi tiap hari. Itu mampu mengurangi sakit, namun tidak menghilangkan racun. Ketika itu ia melihat kawanan lebah spesies yang sama yang diberikannya pada Bocah Tua Nakal. Lebah-lebah itu membuat sarang di mulut gua. Ia mulai memelihara dan membiakkan lebah giok dan meminum madunya setiap hari. Ia juga memakan ikan putih dari telaga dingin secara teratur. Lama kelamaan, racun di tubuhnya hanya kambuh dalam frekwensi yang makin hari makin jarang, hingga ia tak pernah merasakannya lagi.

Kata Yo Ko, Tuhan membalas kebaikkanmu karena engkau memberikan lebah pada Bocah Tua Nakal. Rupanya madu giok  dan ikan putih telaga dingin mempunyai khasiat anti racun. Saat istrinya benar-benar sembuh, ia mencoba lompat terbang sambil memanjat ke atas dengan ilmu meringankan tubuh. Tapi batunya terlalu curam dan licin, kurang lebih 300 meter. Maka iapun mengukir tulisan di sayap lebah dengan duri bunga.

Menurut Yo Ko, ia datang ke tempat itu tiap tahun tetapi tak pernah memperhatikan lebah apalagi sayapnya. Seandainya aku lihat, pasti kita ketemu lebih cepat, katanya.

Sementara itu di Siangyang, Pasukan Mongol terus menyerbu gerbang dan melancarkan meriam bertubi-tubi. Perang telah dimulai lagi.

23 responses to this post.

  1. Posted by bibi lung on March 23, 2012 at 5:15 am

    admin: komentarnya gak usah di moderasi, biar enak….. 🙂

    Reply

  2. Posted by Yoko on March 23, 2012 at 5:30 am

    wktu yoko ma bibi lung latihan jurus yang ga pake baju..bibi lung terluka parah tuh, bahkan d ceritain akan mati sampe2 bibi lung mau ngebunuh yoko juga..lha kok tiba2 bisa sehat lagi setelah keluar dari kuburan kuno…gmn tu?? uda nyari d novelnya juga ga ada jawabannnya…Mohon pencerahannya lagi gan..Thx..

    Reply

  3. eh gan tadi liat ga
    waktu ciupektong, oeyong, dkk lagi kumpul ditepi jurang
    dibelakangnya agak jauh ada orang lagi jongkok pake topi
    yang jelas pake pakaian jaman sekarang 😀

    Reply

  4. Posted by firel on March 23, 2012 at 10:40 pm

    kk sedikit cerita dong buat golok pembunuh naga’a

    Reply

  5. Posted by Pengikut bibi lung & kwee siang on March 24, 2012 at 4:36 am

    Liat tentara mongol menggempur kota siangyang pake trebuchet alias pelontar jumroh, jadi inget pas maen age of empires…
    Hehehe…
    Thanks buat admin…

    Reply

  6. Posted by Qwerty on March 24, 2012 at 11:08 pm

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!??????????????

    Reply

  7. Posted by Qwerty on March 25, 2012 at 10:03 am

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!???????????????

    Reply

  8. Posted by Qwerty on March 25, 2012 at 10:03 am

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!??????????????!!!!!

    Reply

  9. Posted by Qwerty on March 25, 2012 at 10:03 am

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!??????????????????

    Reply

  10. Posted by Qwerty on March 25, 2012 at 10:04 am

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!??????????????????????????

    Reply

  11. Posted by Qwerty on March 25, 2012 at 10:10 am

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!??????????????!!!!!!!

    Reply

  12. Posted by Qwerty on March 25, 2012 at 10:13 am

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!??????????????!?!?!?

    Reply

  13. Posted by Qwerty on March 25, 2012 at 10:14 am

    mana episode 41 nya!!!!!!!!!!!???????????????!!!!!!!!!!!!!!!???????????????!?!?!?!?!?!?

    Reply

Leave a reply to Qwerty Cancel reply